TUJUAN PENDIDIKAN NILAI MORAL
Latar Belakang
Masalah
Pendidikan
merupakan proses pendewasaan diri manusia dalam hal ilmu maupun moral. Oleh
sebab itu pendidikan tidak terlepas dari komponen-komponen yang ada di
dalamnya. Banyaknya permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat dan
permasalahan dalam pendidikan karena, apa yang dilakukan dan apa yang
dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan karena seorang pendidik
tidak menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan apa yang menjadi
kemampuan, sehingga apa yang menjadi tujuan tidak tercapai, desain, proses, dan
hasil harus dilaksanakan supaya mendapat hasil yang memuaskan. Banyaknya
masyarakat yang tidak puas dengan hasil pendidikan pada saat sekarang ini walaupun
ada juga sebagaian masyarakat merasakannya, dan juga menyatakan
kepuasannya pendidikan pada saat ini tetapi lebih besar ketidak puasan dengan
pendidikan pada saat ini. Contohnya banyak terjadinya tindakan kriminal yang
terjadi bukan hanya dilakukan oleh orang yang bodoh tetapi
ironisnya tindakan prilaku tersebut adalah yang melakukan orang yang
pandai tetapi tidak benar nilai moralnya, dan banyak lagi tidakan amoral yang
dilakukan oleh masyarakat, perbuatan ini bukan semata-mata tidak mengetahui
tetapi tidak memhami dan menghayati serta mengamalkan isi pesan tersebut.
Salah satu
tujuan penyelenggaraan pendidikan ialah untuk membentuk sikap moral dan watak
murid yang berbudi luhur . Oleh sebab itu diperlukan pendekatan pendidikan dan
mata pelajaran yang membantu membentuk kepribadian murid menjadi kepribadian
yang lebih baik dan bermoral .
Saat ini
bangsa Indonesia mengalami krisis moral yang berkepanjangan . Jika demikian ,
bisa dikatakan bahwa ada yang kurang tepat dengan pendidikan Indonesia sehingga
sebagian ba ngsanya menjadi
bangsa yang anarkis , kurang toleran dalam menghadapi perbedaan, dan
korup . Terutama kalangan remaja .
Pendidikan
yang diberikan seharusnya bukan hanya pendidikan ilmu pengetahuan umum dan
khusus saja tetapi pendidikan moral juga . Pendidikan moral diberikan agar
tercapai tujuan dari pendidikan sebenarnya.
Tujuan Pendidikan nilai
1. Tujuan
Tujuan
adalah sasaran yang ingin dicapai setelah mengajar suatu pokok atau
subpokok bahasan yang sudah ditencanakan.[[1]]
Dalam buku lain dijelaskan tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu
lembaga pendidikan seperti SD,SM,dan universitas yang harus sesuai dengan
tujuan pendidikan Nasional.[[2]]
Jadi tujuan yang penulis maksud sesuatu yang hendak dicapai setelah mengajar
suatu pokok bahasan atau sub bahasan yang telah direncanakan oleh seorang
pendidik ataupun guru formal atau non formal sehingga sehingga terjadinya
perubahan pada anak didik atau siswa dalam hal intelegensi maupun moral,
sopan santun, ataupun akhlak.
2. Pendidikan
Pendidikan
adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara
adekwat dalam kehidupan masyarakat.[[3]]
3. Nilai
Nilai
adalah gambaran tentang sesuatu yang indah dan menarik, yang mempesona,
yang menakjubkan, yang membuat bahagia, senang dan merupakan sesuatu yang
mernjadikan seseorang atau kelompok.[[4]]
Dari pengertian diatas suatu
tujuan dari pendidikan nilai adalah suatu sasaran, tujuan, ataupun sesuatu yang
akan di capai dalam proses pentransperan ilmu yang memungkinkan perubahan
tingkah laku, atau perbuatan yang mengarah kebaikan dalam pandangan hukum manusia
dan tuhan(Allah.swt) prilaku atau moral sebagai sasaran utama dari tujuan
pendidikan Nasional maupun matapelajaran yang selalu diusahakan oleh seorang
guru. Dalam mengelola materi pelajaran, metode, alat, bahan ajar sehingga
peserta didik merasa nyaman, senang dalam mengikuti pelajaran sehinnga apa yang
dicita-citakan oleh semua pihak tercapai yaitu menjadinya manusia yang berahlak
mulia seperti tugas nabi Muhammad saw diutus kemuka bumi hanya lah untuk
menyempurnakan ahlak.
Hakekat Pendidikan Nilai
Nilai
merupakan suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang bersifat
tersembunyi, nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan
buruk indah dan tidak indah dan lain sebagainya. Dengan demikian pendidikan
nilai pada hakikatnya proses penanaman nilai kepada peserta didik yang
diharapkan, oleh karena itu siswa dapat berprilaku sesuai dengan pandangan yang
dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku
dimasyarakat tersebut. Kalau berbicara tentang pendidikan tentu tidaklah mudah
seperti membalikkan telapak tangan tentunya banyak sekali keterkaitan antara
satu dengan yang lain dengan berbagai unsure komplek yang membangun pendidikan
tersebut. Unsure penentu dalam mencapai tujuan itu diantaranya kebijakan
pemerintah kurikulum, guru(ini merupakan ujung tombak penentu tercapai tujuan
pendidikan) peserta didik dan tingkat kedewasaan, yang sesuai dengan usiadan
tingkat pendidikan serta infra struktur belajar berupa ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai. Dari sekian banyak unsur pendukung tersebut
pada hakikatnya bermuara pada tujuan pendidikan nasional yang dimuat dalam
undang-undang RI tentang system pendidikan Nasional atau UUSPN 28 Agustus 2003
memuat tujuan menjadi manusia beriman, bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
berahlak mulia, sehat jasmani dan rohani, kerja keras, mandiri, estetis
berilmu, kreatif, produktif, mampu bersaing, cakap, demokratis memiliki wawasan
keunggulan, harmonis dengan lingkungan alam, memiliki tanggung jawab sosial,
dan memiliki semangat kebangsaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
(pasal 4, UUSPN, 28 Agustus 2003)
Komponen Tujuan Pandidikan Nilai
Pendidikan
adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara
kekuatan dalam kehidupan masyarakat.[[5]]
Setelah membahas pengertian pendidikan, timbullah pemikiran tentang hal-hal apa
yang terdapat didalam proses pendidikan. Perhatian pada proses terjadinya
pendidikan mengarah pada pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan.
Komponen merupakan bagian dari suatu system yang memiliki peran dalam
berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada komponen
tersebut adalah; kurikulum pendidikan, paket instruksi, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, metode pendidikan, peserta, evaluasi pendidikan, anggaran
pendidikan, fasilitas pendidikan.[[6]]
Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan pendidikan perlu adanya kerjasama dengan
berbagai komponen pendidikan dari sekian banyak komponen pendidikan
dibahas yang berasal dari siswa, sebagai penentu untuk mencapai tujuan
pendidikan, faktor belajar siswa mempunyai peranan yang tinggi factor tesebut
diantaranya adalah factor intern dan interen.
1. Fakor intern
Dalam membicarakan factor intern
akan dibahas tiga factor yaitu factor jasmaniah, factor psikologis, dan factor
kelelahan[[7]]
a.
Faktor jasmaniah
Sehat berarti dalam keadaan baik
segenap badan serta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Proses belajar akan
terganggu apabila kesehatan seseorang terganggu, agar anak didik dapat belajar
dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan baukan hanya jasmaniahnya
lebih-lebih rohaniyahnya. Agar kesehatan tetap terjamin seseorang harus
melakukan ketentuan-ketentuan seperti, bekerja, belajar, istirahat, tidur,
makan, rekreasi, dan ibadah.
b. Faktor psikologis
Paling tidak ada tujuh factor yang
tergolong ke dalam factor psikologis yang mempengaruhi belajar. Factor-faktor
itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kelelahan.[[8]]
Semua faktor ini sangat mempengaruhi belajar.
c.
Faktor kelelahan
Kelelahan pada seorang walaupun
sulit dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasmaniah dan kelelahan rohaniah(bersifat psikis)[[9]]
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern yang
berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokan sebagai berikut.1 faktor
keluarga, 2.faktor sekolah, 3.faktor masyarakat.[[10]]
ketiga factor diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Faktor keluarga
Siswa yang mengikuti belajar akan
mendapat pengaruh dari keluarga dari cara orang tua mendidik, kerja sama antar
keluarga, suasana keluarga, keadaan ekonomi keluarga
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang
mempengaruhi belajar ini mencakup metode, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplis sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar,dan tugas rumah.
c.
Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern
yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Factor tersebut karena keberadaan
siswa dalam masyarakat.
Tujuan Pendidikan Nilai
Ada dua tujuan pendidikan nilai
apabila dilihat dari pendekatan anlisa nilai tujuan tersebut adalah pertama
adalah membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan
penemuan ilmmiah dan penemuan ilmiah dalam menganalisa sosial. Kedua, membantu
siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik dalam
menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai nilai-nilai mereka.[[11]]
Tujuan
pendidikan nilai menurut pendekatan klarifikasi nilai ini ada tiga; pertama,
membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka
sendiri serta nilai-nilai orang lain, kedua, membantu siswa supaya bisa
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain. Ketiga, membantu
siswa supaya mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional
dan kesadaran emosional(superka,et al.1976)[[12]]
Menurut
Elias (1989), Hersh, et al(1980) dan superka, et al. (1976) namun tujuan yang
paling penting adalah memberikan pengajaran kepada siswa, supaya mereka
berkemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum sebagai warga dalam suatu
masyarakat yang demokratis.
Menurut Warner dan pefleur dapat
dijelaskan bahwa sikap jika sudah diterjemahkan kedalam tindakan, dapat
melahirkan nilai. Dan sebagai tujuan pendidikan nilai itu sendiri adalah
penanaman nilai tertentu dalam diri siswa. Pengajarannya bertitik tolak dari
nilai-nilai sosial tertentu, yakni nilai-nilai pancasila dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa Indonesia lainnya, yang tumbuh berkembang dalam masyarakat
Indonesia.[[13]]
Tujuan Pendidikan moral
Menurut UU
No . 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , tujuan dari
pendidikan nasional adalah :
Mengembangkan potensi peserta didik .
1
. Menjadikan peserta menjadi manusia yang berIMTAQ kepada Tuhan YME .
2
. Menjadi manusia yang berakhlak mulia , cakap dan kreatif .
3
. Menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab .
Moral
Pengertian Moral
Secara
kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang
merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan .
Dalam kamus Umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik
buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan
untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai
dinyatakan benar , salah , bai k, buruk , layak atau tidak layak , patut maupun
tidak patut . Moral dalam istilah dipahami juga sebagai (1) prinsip
hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk . (2)
kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah . (3) ajaran atau gambaran
tentang tingkah laku yang baik .
Moral
merupakan kondisi pikiran , perasaan , ucapan , dan perilaku manusia yang
terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk . Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di
mata manusia lainnya . Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki
oleh manusia . Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang
berhubungan dengan proses sosialisasi individu . Tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi . Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai
implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit .
Moral
adalah perbuatan / tingkah laku / ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan
manusia . Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya , maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik , begitu juga
sebaliknya .
Moral
juga dapat diartikan sebagai sikap , perilaku , tindakan , kelakuan yang
dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman
, tafsiran , suara hati , serta nasihat , dll . Moral sendiri diartikansebagai
suatu norma, suatu konsep tentang kehidupan yang dijunjung tinggi olehsebagian
besar masyarakat tertentu (Semi, 1993:49).
Pendidikan
Moral
Dalam
pendidikan moral tidak dapat dilakukan hanya melalui ceramah , khotbah , atau
cerita-cerita semata .
Mungkin
metode itu masih efektif sebelum memasuki zaman global seperti sekarang ini .
Pendidikan moral melalui metode ceramah , khotbah , ataupun metode konvensional
lainnya kini tidak efektif lagi jika diterapkan dalam pendidikan kita . Metode
atau teknik-teknik demikian hanya akan menambah pengetahuan siswa ataupun
mahasiswa , namun jarang sekali mampu merubah perilaku-nya .
Menurut
Lickona dalam bukunya “Educating for Character” yang ditulis kembali oleh Paul
Suparno , dkk (2002) , beliau menekankan pentingnya memperhatikan tiga unsur
dalam menanamkan nilai moral , yaitu antara lain :
Ø
Pengertian
atau Pemahaman Moral
Yaitu
kesadaran moral, rasionalitas moral atau alasan mengapa seseorang harus
melakukan hal itu, suatu pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai
moral Pengertian atau Pemahaman Moral ini seringkali disebut dengan
penalaran moral atau pemikiran moral atau pertimbangan moral. Itu merupakan
segi kognitif dari nilai moral. Segi kognitif ini perlu diajarkan dalam
pendidikan moral kepada siswa maupun mahasiswa, dimana pendidik membantu mereka
untuk mengerti mengapa suatu nilai perlu dilakukan.
Ø
Perasaan
Moral
Dalam
hal ini lebih menekankan pada kesadaran akan hal-hal yang baik dan tidak baik.
Wujud kongkrit dari perasaan moral ini yaitu perasaan mencintai kebaikan dan
sikap empati terhadap orang lain. Karena itu pendidik baik di sekolah maupun
kampus, perlu memahami, megajarkan serta mengembangkan perasaan moral tersebut
melalui pembukaan hati nurani dan penanaman sikap empati kepada para peserta
didik.
Ø
Tindakan
Moral
Yaitu
kemampuan untuk melakukan keputusan dan perasaan moral kedalam
perilaku-perilaku nyata. Tindakan-tindakan moral ini harus difasilitasi agar
muncul dan berkembang dalam pergaulan remaja dan generasi muda sehari-hari.
Menurut penulis di
sekolah
misalnya bisa difasilitasi melalui kegiatan bakti sosial, ROHIS (Kerohanian
Islam), OSIS, Pramuka, PMR, dsb. Di kampus misalnya melalui kegiatan donor
darah, kajian agama, pengajian rutin, kegiatan pengabdian masyarakat, dsb.
Fasilitator-fasilitator itu perlu ditumbuhkan guna mendukung keberhasilan
pendidikan atau pembelajaran moral di sekolah dan kampus.
Pendidikan
moral perlu menjadi prioritas dalam kehidupan . Adanya panutan nilai, moral,
dan norma dalam diri manusia dan kehidupan akan sangat menentukan totalitas
diri individu atau jati diri manusia , lingkungan sosial, dan kehidupan
individu.
Oleh
karena itu, pendidikan nilai yang mengarah pada pembentukan moral yang sesuai
dengan norma-norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi
pengembangan manusia utuh dalam konteks sosialnya.
Ini
mengingat bahwa dunia afektif yang ada pada setiap manusia harus selalu
dibina secara berkelanjutan, terarah, dan terencana sehubungan dengan sifatnya
yang labil dan kontekstual
Moral Remaja Saat Ini
Remaja
saat ini mempunyai moral yang cukup jelek saat ini . Hal ini diakibatkan oleh
pengaruh globalisasi dimana remaja tidak dapat memfilter hal – hal negative
yang bukan informasi yang baik . Banyak remaja yang melakukan tindakan asusila
akibat pemakaian internet yang situsnya transparan dan menonton film pornografi
. Banyak tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja baik itu tawuran antar
pelajar , sekolah .
Remaja merupakan aset sumber daya manusia di masa yang akan
datang, pengembangan kualitasnya harus dimulai secara terpadu melalui
pendekatan structural, apakah ketika mareka berada dalam lingkungan keluarga
atau dalam lembaga pendidikan, setiap tahap pendidikan memerlukan suatu usaha
yang terpadu pula yang memiliki format yang jelas, melalui nilai-nilai
keagamaan dan kurikulum sekolah beserta seluruh perangkatnya . Maka dari itu
pendidikan moral diharapkan dapat memperbaiki moral remaja saat ini .
Kesimpulan
Pendidikan
secara bahasa berasal dari kata Paedagogik yaitu Paid artinya anak
dan Gogos artinya membimbing.Jadi secara bahasa pendidikan adalah membimbing
anak . Secara umum atau istilah pendidikan terdapat beberapa pendapat .
Hakikat
pendidikan sebenarnya adalah untuk merubah tingkah laku seseorang , sebagai
transformasi budaya dan memberikan ilmu pengetahuan . Pendidikan melibatkan
peserta pendidik , pendidik , kurikulum dan sebagainya yang ada dalam unsure
pendidikan .
Moral
adalah perbuatan / tingkah laku / ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan
manusia . Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya , maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik , begitu juga
sebaliknya .
Suatu
pendidikan tidak terlepas dari semua komponen pendidikan yang satu dengan yang
lainnya karena semua itu bagian suatu bagian system yang harus berjalan [14]secara
sistematis dan harmonis, seandainya satu bagian itu tidak ada mengakibatkan
ketidak harmonisan yang dirasakan, tidak satu komponen lebih-lebih semua
kompone-komponen pendidikan lainnya.
Begitu
halnya dengan tujuan pendidikan yang dibahas pada makalah ini, dari sekian
banyak pakar ilmu ataupun pemikir pendidikan yang memberikan pendapatnya
tentang tujuan pendidikan seperti yang dijelaskan diatas semua itu bermuara
pada pembentukan moral ataupun ahlak, budi pekerti kepada manusia lebih-lebih
pada sang Pencipta Jagat Raya. Tetapi sangat sedikit siswa maupun seorang
pendidik mempedulikan tujuan pendidikan nilai kepada Sang Maha Agung yakni
Allah.SWT
Daftar Kepustakaan
Lukman Ali, Kamus Besar bahasa
Indonesia, Jakarta: PT.Balai Pustaka, 1997
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: PT. Rafika Aditama, 2011
Oemar Hamalik, Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
S. Nasution, Kurikulum dan
Pengajaran, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 1999
Slameto, Belajar dan
faktor-faktor yang mempengaruhi, Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2009, cetakan kelima
Zaim Mubarok, membumikan
Pendidikan Nilai mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus dan
menyatukan yang tercerai, Bandung: PT. Alfabeta, 2008
[1]
Lukman Ali, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta:
PT.Balai Pustaka, 1997), cetakan kesembilan, hlm.1076
[2]
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 1999), cetakan ketiga, hlm.,60
[4]
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT.
Rafika Aditama, 2011), hlm., 101
[5]
Oemar Hamelik, Proses belajar MengajarOpcit, hlm.,79
[7]
Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi(Jakarta:PT.Rineka
Cipta, 2009) cetakan kelima, hlm,54
[8]
Slameto, Ibid, Hlm.,55
[9]
Slameto, Ibid, Hlm.,59
[11]
Zaim Mubarok,Ibid Hlm.,68
[13]
Zaim Mubarok, Ibid., Hlm.,75