Sabtu, 06 Desember 2014

TUJUAN PENDIDIKAN NILAI MORAL



TUJUAN PENDIDIKAN NILAI MORAL 

   Latar Belakang  Masalah
Pendidikan merupakan proses pendewasaan diri manusia dalam hal ilmu maupun moral. Oleh sebab itu pendidikan tidak terlepas dari komponen-komponen yang ada di dalamnya. Banyaknya permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat dan permasalahan dalam pendidikan karena, apa yang dilakukan dan apa yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan karena seorang pendidik tidak menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan apa yang menjadi kemampuan, sehingga apa yang menjadi tujuan tidak tercapai, desain, proses, dan hasil harus dilaksanakan supaya mendapat hasil yang memuaskan. Banyaknya masyarakat yang tidak puas dengan hasil pendidikan pada saat sekarang ini walaupun ada juga sebagaian masyarakat merasakannya, dan juga  menyatakan kepuasannya pendidikan pada saat ini tetapi lebih besar ketidak puasan dengan pendidikan pada saat ini. Contohnya banyak terjadinya tindakan kriminal yang terjadi bukan hanya  dilakukan oleh  orang yang bodoh tetapi ironisnya tindakan prilaku tersebut  adalah yang melakukan orang yang pandai tetapi tidak benar nilai moralnya, dan banyak lagi tidakan amoral yang dilakukan oleh masyarakat, perbuatan ini bukan semata-mata tidak mengetahui tetapi tidak memhami dan menghayati serta mengamalkan isi pesan tersebut.
Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan ialah untuk membentuk sikap moral dan watak murid yang berbudi luhur . Oleh sebab itu diperlukan pendekatan pendidikan dan mata pelajaran yang membantu membentuk kepribadian murid menjadi kepribadian yang lebih baik dan bermoral .
Saat ini bangsa Indonesia mengalami krisis moral yang berkepanjangan . Jika demikian , bisa dikatakan bahwa ada yang kurang tepat dengan pendidikan Indonesia sehingga sebagian ba              ngsanya menjadi bangsa yang anarkis ,  kurang toleran dalam menghadapi perbedaan, dan korup . Terutama kalangan remaja .
Pendidikan yang diberikan seharusnya bukan hanya pendidikan ilmu pengetahuan umum dan khusus saja tetapi pendidikan moral juga . Pendidikan moral diberikan agar tercapai tujuan dari pendidikan sebenarnya.
  


  Tujuan Pendidikan nilai
1.      Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang ingin  dicapai setelah mengajar suatu pokok atau subpokok bahasan yang sudah ditencanakan.[[1]] Dalam buku lain dijelaskan tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan seperti SD,SM,dan universitas yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.[[2]] Jadi tujuan yang penulis maksud sesuatu yang hendak dicapai setelah mengajar suatu pokok bahasan atau sub bahasan yang telah direncanakan oleh seorang pendidik ataupun guru formal atau non formal sehingga sehingga terjadinya perubahan pada anak didik atau  siswa dalam hal intelegensi maupun moral, sopan santun, ataupun akhlak.

2.      Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.[[3]]

3.      Nilai
Nilai adalah gambaran tentang sesuatu  yang indah dan menarik, yang mempesona, yang menakjubkan, yang membuat bahagia, senang dan merupakan sesuatu yang mernjadikan seseorang atau kelompok.[[4]]
Dari  pengertian diatas suatu tujuan dari pendidikan nilai adalah suatu sasaran, tujuan, ataupun sesuatu yang akan di capai dalam proses pentransperan ilmu yang memungkinkan perubahan tingkah laku, atau perbuatan yang mengarah kebaikan dalam pandangan hukum manusia dan tuhan(Allah.swt) prilaku atau moral sebagai sasaran utama dari tujuan pendidikan Nasional maupun matapelajaran yang selalu diusahakan oleh seorang guru. Dalam mengelola materi pelajaran, metode, alat, bahan ajar sehingga peserta didik merasa nyaman, senang dalam mengikuti pelajaran sehinnga apa yang dicita-citakan oleh semua pihak tercapai yaitu menjadinya manusia yang berahlak mulia seperti tugas nabi Muhammad saw diutus kemuka bumi hanya lah untuk menyempurnakan ahlak.

           Hakekat Pendidikan Nilai

Nilai merupakan suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang bersifat tersembunyi, nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk indah dan tidak indah dan lain sebagainya. Dengan demikian pendidikan nilai pada hakikatnya proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan, oleh karena itu siswa dapat berprilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat tersebut. Kalau berbicara tentang pendidikan tentu tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan tentunya banyak sekali keterkaitan antara satu dengan yang lain dengan berbagai unsure komplek yang membangun pendidikan tersebut.  Unsure penentu dalam mencapai tujuan itu diantaranya kebijakan pemerintah kurikulum, guru(ini merupakan ujung tombak penentu tercapai tujuan pendidikan) peserta didik dan tingkat kedewasaan, yang sesuai dengan usiadan tingkat pendidikan serta infra struktur belajar berupa ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Dari sekian banyak unsur pendukung tersebut pada hakikatnya bermuara pada tujuan pendidikan nasional yang dimuat dalam undang-undang RI tentang system pendidikan Nasional atau UUSPN 28 Agustus 2003 memuat tujuan menjadi manusia beriman, bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat jasmani dan rohani, kerja keras, mandiri, estetis berilmu, kreatif, produktif, mampu bersaing, cakap, demokratis memiliki wawasan keunggulan, harmonis dengan lingkungan alam, memiliki tanggung jawab sosial, dan memiliki semangat kebangsaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (pasal 4, UUSPN, 28 Agustus 2003)
      
        
               Komponen Tujuan Pandidikan Nilai

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kekuatan dalam kehidupan masyarakat.[[5]] Setelah membahas pengertian pendidikan, timbullah pemikiran tentang hal-hal apa yang terdapat didalam proses pendidikan. Perhatian pada proses terjadinya pendidikan mengarah pada pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan. Komponen merupakan bagian dari suatu system yang  memiliki peran dalam berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada komponen tersebut adalah; kurikulum pendidikan, paket instruksi, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, metode pendidikan, peserta, evaluasi pendidikan, anggaran pendidikan, fasilitas pendidikan.[[6]] Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan pendidikan perlu adanya kerjasama dengan berbagai komponen pendidikan dari sekian banyak  komponen pendidikan dibahas yang berasal dari siswa, sebagai penentu  untuk mencapai tujuan pendidikan, faktor belajar siswa mempunyai peranan yang tinggi factor tesebut diantaranya adalah factor intern dan interen.



1.      Fakor intern
Dalam membicarakan factor intern akan dibahas tiga factor yaitu factor jasmaniah, factor psikologis, dan factor kelelahan[[7]]
a.       Faktor jasmaniah
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Proses belajar akan terganggu apabila kesehatan seseorang terganggu, agar anak didik dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan baukan hanya jasmaniahnya lebih-lebih rohaniyahnya. Agar kesehatan tetap terjamin seseorang harus melakukan ketentuan-ketentuan seperti, bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, rekreasi, dan ibadah.
b.      Faktor psikologis
Paling tidak ada tujuh factor yang tergolong ke dalam factor psikologis yang mempengaruhi belajar. Factor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.[[8]] Semua faktor ini sangat mempengaruhi belajar.
c.       Faktor kelelahan
Kelelahan pada seorang walaupun sulit dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmaniah dan kelelahan rohaniah(bersifat psikis)[[9]]
2.      Faktor ekstern
Faktor  ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokan sebagai berikut.1 faktor keluarga, 2.faktor sekolah, 3.faktor masyarakat.[[10]] ketiga factor diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Faktor keluarga
Siswa yang mengikuti belajar akan mendapat pengaruh dari keluarga dari cara orang tua mendidik, kerja sama antar keluarga, suasana keluarga, keadaan ekonomi keluarga
b.      Faktor sekolah
Faktor  sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplis sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar,dan tugas rumah.
c.       Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Factor tersebut karena keberadaan siswa dalam masyarakat.

     


    Tujuan Pendidikan Nilai
Ada dua tujuan pendidikan nilai apabila dilihat dari pendekatan anlisa nilai tujuan tersebut adalah pertama adalah membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmmiah dan penemuan ilmiah dalam menganalisa sosial. Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai nilai-nilai mereka.[[11]]
Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan klarifikasi nilai ini ada tiga; pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain, kedua, membantu siswa supaya bisa berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang  lain. Ketiga, membantu siswa supaya mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional(superka,et al.1976)[[12]]
Menurut Elias (1989), Hersh, et al(1980) dan superka, et al. (1976) namun tujuan yang paling penting adalah memberikan pengajaran kepada siswa, supaya mereka berkemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum sebagai warga dalam suatu masyarakat yang demokratis.
Menurut Warner dan pefleur dapat dijelaskan bahwa sikap jika sudah diterjemahkan kedalam tindakan, dapat melahirkan nilai. Dan sebagai tujuan pendidikan nilai itu sendiri adalah penanaman nilai tertentu dalam diri siswa. Pengajarannya bertitik tolak dari nilai-nilai sosial tertentu, yakni nilai-nilai pancasila dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia lainnya, yang tumbuh berkembang dalam masyarakat Indonesia.[[13]]


  Tujuan Pendidikan moral
Menurut UU No . 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , tujuan dari  pendidikan nasional adalah :
       Mengembangkan potensi peserta didik .
1        . Menjadikan peserta menjadi manusia yang berIMTAQ kepada Tuhan YME .
2        . Menjadi manusia yang berakhlak mulia , cakap dan kreatif .
3        . Menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab .


  Moral
   Pengertian Moral
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan . Dalam kamus Umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar , salah , bai k, buruk , layak atau tidak layak , patut maupun tidak patut . Moral dalam istilah dipahami juga sebagai  (1)  prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk .  (2) kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah . (3) ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik .
Moral merupakan kondisi pikiran , perasaan , ucapan , dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk . Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya . Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia .   Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu . Tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi . Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit .
Moral adalah perbuatan / tingkah laku / ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia . Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya , maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik , begitu juga sebaliknya .
Moral juga dapat diartikan sebagai sikap , perilaku ,  tindakan , kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman , tafsiran , suara hati , serta nasihat , dll . Moral sendiri diartikansebagai suatu norma, suatu konsep tentang kehidupan yang dijunjung tinggi olehsebagian besar masyarakat tertentu (Semi, 1993:49).
    Pendidikan Moral
Dalam pendidikan moral tidak dapat dilakukan hanya melalui ceramah , khotbah , atau cerita-cerita semata .              Mungkin metode itu masih efektif sebelum memasuki zaman global seperti sekarang ini . Pendidikan moral melalui metode ceramah , khotbah , ataupun metode konvensional lainnya kini tidak efektif lagi jika diterapkan dalam pendidikan kita . Metode atau teknik-teknik demikian hanya akan menambah pengetahuan siswa ataupun mahasiswa , namun jarang sekali mampu merubah perilaku-nya .
Menurut Lickona dalam bukunya “Educating for Character” yang ditulis kembali oleh Paul Suparno , dkk (2002) , beliau menekankan pentingnya memperhatikan tiga unsur dalam menanamkan nilai moral , yaitu antara lain :
Ø  Pengertian atau Pemahaman Moral
Yaitu kesadaran moral, rasionalitas moral atau alasan mengapa seseorang harus melakukan hal itu, suatu pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai moral  Pengertian atau Pemahaman Moral ini seringkali disebut dengan penalaran moral atau pemikiran moral atau pertimbangan moral. Itu merupakan segi kognitif dari nilai moral. Segi kognitif ini perlu diajarkan dalam pendidikan moral kepada siswa maupun mahasiswa, dimana pendidik membantu mereka untuk mengerti mengapa suatu nilai perlu dilakukan.
Ø  Perasaan Moral
Dalam hal ini lebih menekankan pada kesadaran akan hal-hal yang baik dan tidak baik. Wujud kongkrit dari perasaan moral ini yaitu perasaan mencintai kebaikan dan sikap empati terhadap orang lain. Karena itu pendidik baik di sekolah maupun kampus, perlu memahami, megajarkan serta mengembangkan perasaan moral tersebut melalui pembukaan hati nurani dan penanaman sikap empati kepada para peserta didik.
Ø  Tindakan Moral
Yaitu kemampuan untuk melakukan keputusan dan perasaan moral kedalam perilaku-perilaku nyata. Tindakan-tindakan moral ini harus difasilitasi agar muncul dan berkembang dalam pergaulan remaja dan generasi muda sehari-hari. Menurut penulis di
sekolah misalnya bisa difasilitasi melalui kegiatan bakti sosial, ROHIS (Kerohanian Islam), OSIS, Pramuka, PMR, dsb. Di kampus misalnya melalui kegiatan donor darah, kajian agama, pengajian rutin, kegiatan pengabdian masyarakat, dsb. Fasilitator-fasilitator itu perlu ditumbuhkan guna mendukung keberhasilan pendidikan atau pembelajaran moral di sekolah dan kampus.
Pendidikan moral perlu menjadi prioritas dalam kehidupan . Adanya panutan nilai, moral, dan norma dalam diri manusia dan kehidupan akan sangat menentukan totalitas diri individu atau jati diri manusia , lingkungan sosial, dan kehidupan individu.
Oleh karena itu, pendidikan nilai yang mengarah pada pembentukan moral yang sesuai dengan norma-norma  kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia utuh dalam konteks sosialnya.
Ini mengingat bahwa dunia  afektif yang ada pada setiap manusia harus selalu dibina secara berkelanjutan, terarah, dan terencana sehubungan dengan sifatnya yang labil dan kontekstual

    

 Moral Remaja Saat Ini
Remaja saat ini mempunyai moral yang cukup jelek saat ini . Hal ini diakibatkan oleh pengaruh globalisasi dimana remaja tidak dapat memfilter hal – hal negative yang bukan informasi yang baik . Banyak remaja yang melakukan tindakan asusila akibat pemakaian internet yang situsnya transparan dan menonton film pornografi . Banyak tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja baik itu tawuran antar pelajar , sekolah .
Remaja merupakan aset sumber daya manusia di masa yang akan datang, pengembangan kualitasnya harus dimulai secara terpadu melalui pendekatan structural, apakah ketika mareka berada dalam lingkungan keluarga atau dalam lembaga pendidikan, setiap tahap pendidikan memerlukan suatu usaha yang terpadu pula yang memiliki format yang jelas, melalui nilai-nilai keagamaan dan kurikulum sekolah beserta seluruh perangkatnya . Maka dari itu pendidikan moral diharapkan dapat memperbaiki moral remaja saat ini .

















 Kesimpulan
Pendidikan secara bahasa berasal dari kata Paedagogik yaitu Paid artinya anak   dan Gogos artinya membimbing.Jadi secara bahasa pendidikan adalah membimbing anak . Secara umum atau istilah pendidikan terdapat beberapa pendapat .
Hakikat pendidikan sebenarnya adalah untuk merubah tingkah laku seseorang , sebagai transformasi budaya dan memberikan ilmu pengetahuan . Pendidikan melibatkan peserta pendidik , pendidik , kurikulum dan sebagainya yang ada dalam unsure pendidikan .
Moral adalah perbuatan / tingkah laku / ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia . Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya , maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik , begitu juga sebaliknya .
Suatu pendidikan tidak terlepas dari semua komponen pendidikan yang satu dengan yang lainnya karena semua itu bagian suatu bagian system yang harus berjalan [14]secara sistematis dan harmonis, seandainya satu bagian itu tidak ada mengakibatkan ketidak harmonisan yang dirasakan, tidak satu komponen lebih-lebih semua kompone-komponen pendidikan lainnya.

Begitu halnya dengan tujuan pendidikan yang dibahas pada makalah ini, dari sekian banyak pakar ilmu ataupun pemikir pendidikan yang memberikan pendapatnya tentang tujuan pendidikan seperti yang dijelaskan diatas semua itu bermuara pada pembentukan moral ataupun ahlak, budi pekerti kepada manusia lebih-lebih pada sang Pencipta Jagat Raya. Tetapi sangat sedikit siswa maupun seorang pendidik mempedulikan tujuan pendidikan nilai kepada Sang Maha Agung yakni Allah.SWT








Daftar Kepustakaan

Lukman Ali, Kamus Besar bahasa Indonesia,  Jakarta: PT.Balai Pustaka, 1997
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam,  Jakarta: PT. Rafika Aditama, 2011
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 1999
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi, Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2009, cetakan      kelima
http//www.komponen-komponen pendidikan.html.

Zaim Mubarok, membumikan Pendidikan Nilai mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus dan menyatukan yang tercerai, Bandung: PT. Alfabeta, 2008


[1] Lukman Ali, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.Balai Pustaka, 1997), cetakan kesembilan, hlm.1076
[2] S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 1999), cetakan ketiga, hlm.,60
[3] S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 1999), cetakan ketiga, hlm.,60
[4] Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Rafika Aditama, 2011), hlm., 101

[5] Oemar Hamelik, Proses belajar MengajarOpcit, hlm.,79
[6]  www.komponen-komponen pendidikan html..
[7] Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi(Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2009) cetakan kelima, hlm,54
[8] Slameto, Ibid,  Hlm.,55
[9] Slameto, Ibid,  Hlm.,59
[10] Slameto,Ibid,  Hlm.,60
[11] Zaim Mubarok,Ibid Hlm.,68
[12] Zaim Mubarok,Ibid.,Hlm.,70
[13] Zaim Mubarok, Ibid., Hlm.,75